Next " Video Demo lainnya "
Sabtu, 22 April 2017
Sabtu, 03 September 2016
5 ALASAN BELAJAR ILMU BELADIRI
Ilustrasi (Sumber: Kompas.com) Sebagian orang (termasuk saya) awalnya tertarik belajar bela diri setelah menonton film laga yang menyuguhkan atraksi memukau. Ada yang iseng ikut-ikutan karena diajak teman. Kaum hawa khususnya banyak juga yang menekuni bela diri setelah dibombardir berita penculikan dan perkosaan di angkutan umum. Di sisi lain ada juga jatuh cinta setelah latihan beberapa tahun dan menjadikan bela diri sebagai jalan hidup. Bagi mereka, disiplin diri, kebiasaan menjaga sopan santun, sikap pantang menyerah, penguasaan diri dalam menghadapi lawan yang lebih kuat (baca: tantangan hidup), memberi manfaat yang tidak ternilai dibanding kemampuan menetralisir ancaman dan kesehatan prima.
Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum sebelum memulai pelajaran bela diri. Bila tujuannya hanya untuk gagah-gagahan pamer sabuk hitam dalam waktu secepat mungkin tentu pertimbangannya jauh lebih gampang, cari saja klub komersil abal-abal! Tapi kalau niat Anda memang ingin belajar serius untuk jangka panjang, saya harap tulisan sederhana ini dapat menjadi masukan sebelum terjun menekuni bela diri.
Kesehatan Kalau badan Anda kurang flexibel dan jauh dari kekar, tidak usah khawatir. Kaki flexibel bisa split depan belakang dan menyamping, perut rata seperti Bruce Lee adalah hasil dari belajar bela diri bukan syarat untuk memulai. Tubuh krempeng dan gemuk juga seharusnya tidak menjadi penghalang (bila ragu sebaiknya berkonsultasi dengan dokter).
Instruktur yang berpengalaman juga dapat memberi masukan apakah kesehatan Anda mumpuni untuk memulai latihan. Contoh, kalau punggung Anda pernah dioperasi karena jatuh patah dan hingga hari ini terkadang masih kambuh, kemungkinan besar instruktur Judo tidak akan mengizinkan Anda ikut latihan. Wong latihan dasarnya saja dibanting belajar jatuh! Tapi tidak usah patah semangat kalau Anda ada sejarah kesehatan buruk. Itu bukan harga mati.
Beberapa instruktur mengakomodir kesehatan mereka dengan bersikap lebih ‘lunak’ dan melonggarkan standar kurikulum latihan dan ujian kenaikan sabuk. Jangan sampai baru beberapa kelas ternyata baru ketahuan tempurung lutut mudah bergeser (karena pernah operasi akibat kecelakaan main bola), sesak nafas selama latihan (ternyata ada ashma) atau malah pingsan (punya tekanan darah rendah)! Yang penting Anda harus jujur terbuka membeberkan sejarah kesehatan Anda kepada instruktur dan dokter (kalau diperlukan) sebelum memulai.
Aliran Bela Diri “Aliran bela diri apa yang hebat?” adalah salah satu pertanyaan paling umum dari mereka yang berniat belajar bela diri. Jawabannya: tidak ada, semua kembali ke praktisi bela diri masing-masing. Peralatan masak canggih, bahan masakan organik sesegar apapun tidak akan menjadikan seseorang Master Chef . Instruktur, reputasi klub, teknik sehebat apapun tidak akan berarti kalau belajarnya tidak serius. Situs Youtube penuh dengan video yang membanding-bandingkan dan mempercundangi satu aliran dengan lainnya. Kalau ada video ‘Karate Vs Taekwondo’ maka Anda boleh bertaruh di video itu pasti Karateka yang keluar sebagai juara, begitu pula sebaliknya.
Pertandingan kurang seru? Baca komentar-komentar di video yang bersangkutan. Dijamin lebih seru dari debat agama. Meskipun praktisi memegang peranan sentral, harus diakui setiap aliran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Keungulan/kelemahan aliran yang bersangkutan baru kelihatan dalam kondisi yang tepat. Contohnya, di lingkungan penuh litigasi seperti Australia dimana saya tinggal, melakukan serangan pencegahan (pre-emptive strike) seperti meninju ke tenggorokan ketika ‘merasa terancam’ mungkin menyelamatkan saya sementara. Tapi bila dalam rekaman CCTV hakim menilai pose tubuh penyerang tidak terlihat agresif pada saat itu, bisa-bisa saya yang masuk penjara! Dalam lingkungan seperti ini, seni bela diri lembut (soft/grappling martial arts) seperti Aikido atau Judo mungkin lebih unggul karena sebagian besar teknik mereka memerlukan energi lawan (baca: harus mendapat serangan terlebih dahulu) untuk kemudian dibalikkan kembali kepada penyerang. Hasil akhirnya, penyerang menjadi terkunci atau terbanting tanpa cedera serius (mudah-mudahan).
Sekarang banyangkan situasi lain yang melibatkan 2-3 lebih penyerang sekaligus, seperti ketika terjebak dalam tawuran atau kerusuhan. Dalam situasi ini boleh jadi seni bela diri seperti Karate, Taekwondo, Krav Maga, Thai Boxing (hard/standing martial arts) lebih pas.
Pada akhirnya aliran manapun tidak masalah terserah panggilan hati masing-masing. Ada yang memilih Taekwondo karena menilai teknik-teknik tendangannya terlihat indah dan menantang di kuasai. Ada juga yang menjatuhkan hati ke pencak silat setelah nonton ‘The Raid’ yang dibintangi Iko Uwais. Salah satu teman saya belajar Kungfu karena terinpirasi flim ‘Ip Man’ yang dibintangi Donnie Yen. Kalau masih sulit memutuskan, tidak ada salahnya nongkrong atau mencoba beberapa kelas di klub-klub bela diri di sekitar Anda.
Lokasi Dari pengalaman pribadi, hampir mustahil mempertahankan komitmen belajar bela diri dalam jangka panjang kalau mau pergi belajar saja harus ganti angkot 2 kali, habis 1 jam sekali jalan. Apalagi kalau sudah sudah berkeluarga dan kerja full time. Itu namanya minta dipecat istri. Menurut saya profil lokasi ideal adalah klub bela diri yang terletak di Sekitar rumah tinggal, kampus/sekolah dan Anda masih berstatus murid/mahasiswa yang bersangkutan dan memang cocok disitu. Sudah hemat waktu, dapat banyak teman sepantaran dan biasa lebih murah pula.
Kalau aliran bela diri/klub favorit Anda jauh dari tempat kerja atau sekolah, saran saya: berkompromilah sedikit. Dulu waktu SMA saya inginnya belajar Karate karena mengidolakan Van Damme gara-gara nonton film Blood Sport. Tapi apa lacur klub Karate dekat rumah saya yang ikut kebanyakan anak-anak SD (faktor ini dibahas lebih detail pada poin berikut). Klub Karate terdekat lainnya harus naik transport yang lumayan jauh, alhasil saya beralih ke Taekwondo dan sedikitpun tidak menyesal sampai hari ini. Seperti standing martial arts umumnya, unsur-unsur yang menarik saya belajar Karate dapat saya temukan di Taekwondo (malah jurus tendangan jauh lebih banyak variasi). Dalam berkompromi, tanya diri Anda: “Apa yang membuat saya tertarik belajar bela diri X dan juga dapat saya temukan di bela diri Y?”
Komposisi Profil Murid Klub yang sudah besar biasa membagi kelasnya berdasarkan usia (anak-anak, remaja dan dewasa). Sayangnya ini hampir mustahil dilakukan di klub kecil karena terbatasnya sumber daya. Usia komposisi profil murid yang terlalu jauh berbeda dengan Anda juga bikin malas latihan, khususnya buat orang dewasa yang latihan di klub yang penuh anak-anak. Kalau dipaksa dengan alasan daripada tidak latihan sama sekali yang rugi diri sendiri. Jangan banyangkan jagoan bela diri seperti pertapa yang latihan sendiri di tengah hutan atau gunung. Itu hanya mitos. Anda butuh sparring partner yang layak untuk mengukur kemajuan. Beda cerita kalau tujuan ikut lebih untuk temenin anak.
Lalu bagaimana dengan sebaliknya, anak kecil latihan di klub yang lebih banyak orang dewasa? Dari pengamatan pribadi ada dua kemungkinan: 1. Anak menjadi cepat bosan karena tidak bisa main ‘berantem-beranteman’ dengan teman sebaya. 2. Anak menjadi lebih cepat matang karena ‘terpaksa’ mengadopsi sikap orang dewasa. Namanya anak kecil jelas maunya main bebas tanpa agenda. Kemungkinan kedua lebih besar kalau si anak besar di keluarga yang juga suka belajar bela diri.
Kualifikasi Instruktur Terakhir dan tidak kalah pentingnya, jangan takut menanyakan kualifikasi intruktur! Jangan percaya begitu saja kalau instruktur ngaku dapat kualifikasi langsung dari grandmaster di Korea, Jepang, Tiongkok dll. Saya pernah baca artikel tertangkapnya instruktur Karate gadungan yang mengaku murid langsung dari Mas Oyama (pendiri Kyokushin Karate). Agar lebih menyakinkan, dia memajang foto-foto dirinya bareng Mas Oyama di Dojo. Setelah diusut ternyata foto-foto tersebut diambil ketika si ‘instruktur’ sedang berlibur ke Jepang!
Di jaman modern instruktur yang berkualitas biasa datang dari latar belakang sebagai berikut:
1.Mantan atlet pemenang medali emas baik di tingkat international maupun lokal (cocok buat yang orientasi belajarnya lebih ke olah raga).
2.Belajar langsung dari muridnya/penerus pendiri aliran bela diri yang bersangkutan.
3.Praktisi yang bukan dari dua latar belakang diatas tapi serius mendedikasikan dirinya selama bertahun-tahun untuk mendalami dan menyebarkan aliran bela diri yang dicintainya.
Pilihan no. 1 dan 2 lebih sulit diakses untuk orang awam seperti kita. Kalau pun bisa biasa biayanya lebih tinggi dari rata-rata. Belajar dari instruktur no.3 juga tidak kalah kualitasnya selama mendapat akreditas dari organisasi resmi yang menaungi. Biasa mereka sudah berlatih selama puluhan tahun, memegang sabuk hitam setidaknya level 5th Dan atau lebih tinggi, dan Anda bisa merasakan antusiasme mereka ketika mengajar.
Agar lebih menyakinkan lagi, lihat kualitas murid-murid senior dan asistennya. Instruktur yang bagus akan memasang standar tinggi untuk penguasaan teknik, tata krama selama latihan dan disiplin. Tidak seperti instruktur berorientasi uang yang senang bagi-bagi sabuk hitam selama murid membayar, instruktur yang bagus tidak akan mengijinkan muridnya ikut ujian kenaikan sabuk kalau selama latihan si murid belum menunjukkan kualitas tinggi (padahal murid membayar untuk setiap ujian).
Grandmaster saya umurnya sudah 70 tahun lebih tapi langkahnya masih tegap berwibawa. Saya percaya ini berkat latihan selama berpuluh-puluh tahun hingga hari ini. Siapapun Anda, apapun alirannya, selamat berlatih! "There is a difference between a fighter and a martial artist. A fighter is training for a purpose: He has a fight. I am a martial artist. I don't train for a fight. I train for myself. I'm training all the time. My goal is perfection. But I will never reach perfection" - George St Pierre, UFC Champion, 3rd Dan Kyokushin Karate black belt Hendra Makgawinata Sydney, 17/09/2014
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ hendramakgawinata/5-hal-yang- perlu-dipertimbangkan-dalam- memilih-klub-bela-diri_ 54f5d1d2a33311ba4f8b461a
Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum sebelum memulai pelajaran bela diri. Bila tujuannya hanya untuk gagah-gagahan pamer sabuk hitam dalam waktu secepat mungkin tentu pertimbangannya jauh lebih gampang, cari saja klub komersil abal-abal! Tapi kalau niat Anda memang ingin belajar serius untuk jangka panjang, saya harap tulisan sederhana ini dapat menjadi masukan sebelum terjun menekuni bela diri.
Kesehatan Kalau badan Anda kurang flexibel dan jauh dari kekar, tidak usah khawatir. Kaki flexibel bisa split depan belakang dan menyamping, perut rata seperti Bruce Lee adalah hasil dari belajar bela diri bukan syarat untuk memulai. Tubuh krempeng dan gemuk juga seharusnya tidak menjadi penghalang (bila ragu sebaiknya berkonsultasi dengan dokter).
Instruktur yang berpengalaman juga dapat memberi masukan apakah kesehatan Anda mumpuni untuk memulai latihan. Contoh, kalau punggung Anda pernah dioperasi karena jatuh patah dan hingga hari ini terkadang masih kambuh, kemungkinan besar instruktur Judo tidak akan mengizinkan Anda ikut latihan. Wong latihan dasarnya saja dibanting belajar jatuh! Tapi tidak usah patah semangat kalau Anda ada sejarah kesehatan buruk. Itu bukan harga mati.
Beberapa instruktur mengakomodir kesehatan mereka dengan bersikap lebih ‘lunak’ dan melonggarkan standar kurikulum latihan dan ujian kenaikan sabuk. Jangan sampai baru beberapa kelas ternyata baru ketahuan tempurung lutut mudah bergeser (karena pernah operasi akibat kecelakaan main bola), sesak nafas selama latihan (ternyata ada ashma) atau malah pingsan (punya tekanan darah rendah)! Yang penting Anda harus jujur terbuka membeberkan sejarah kesehatan Anda kepada instruktur dan dokter (kalau diperlukan) sebelum memulai.
Aliran Bela Diri “Aliran bela diri apa yang hebat?” adalah salah satu pertanyaan paling umum dari mereka yang berniat belajar bela diri. Jawabannya: tidak ada, semua kembali ke praktisi bela diri masing-masing. Peralatan masak canggih, bahan masakan organik sesegar apapun tidak akan menjadikan seseorang Master Chef . Instruktur, reputasi klub, teknik sehebat apapun tidak akan berarti kalau belajarnya tidak serius. Situs Youtube penuh dengan video yang membanding-bandingkan dan mempercundangi satu aliran dengan lainnya. Kalau ada video ‘Karate Vs Taekwondo’ maka Anda boleh bertaruh di video itu pasti Karateka yang keluar sebagai juara, begitu pula sebaliknya.
Pertandingan kurang seru? Baca komentar-komentar di video yang bersangkutan. Dijamin lebih seru dari debat agama. Meskipun praktisi memegang peranan sentral, harus diakui setiap aliran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Keungulan/kelemahan aliran yang bersangkutan baru kelihatan dalam kondisi yang tepat. Contohnya, di lingkungan penuh litigasi seperti Australia dimana saya tinggal, melakukan serangan pencegahan (pre-emptive strike) seperti meninju ke tenggorokan ketika ‘merasa terancam’ mungkin menyelamatkan saya sementara. Tapi bila dalam rekaman CCTV hakim menilai pose tubuh penyerang tidak terlihat agresif pada saat itu, bisa-bisa saya yang masuk penjara! Dalam lingkungan seperti ini, seni bela diri lembut (soft/grappling martial arts) seperti Aikido atau Judo mungkin lebih unggul karena sebagian besar teknik mereka memerlukan energi lawan (baca: harus mendapat serangan terlebih dahulu) untuk kemudian dibalikkan kembali kepada penyerang. Hasil akhirnya, penyerang menjadi terkunci atau terbanting tanpa cedera serius (mudah-mudahan).
Sekarang banyangkan situasi lain yang melibatkan 2-3 lebih penyerang sekaligus, seperti ketika terjebak dalam tawuran atau kerusuhan. Dalam situasi ini boleh jadi seni bela diri seperti Karate, Taekwondo, Krav Maga, Thai Boxing (hard/standing martial arts) lebih pas.
Pada akhirnya aliran manapun tidak masalah terserah panggilan hati masing-masing. Ada yang memilih Taekwondo karena menilai teknik-teknik tendangannya terlihat indah dan menantang di kuasai. Ada juga yang menjatuhkan hati ke pencak silat setelah nonton ‘The Raid’ yang dibintangi Iko Uwais. Salah satu teman saya belajar Kungfu karena terinpirasi flim ‘Ip Man’ yang dibintangi Donnie Yen. Kalau masih sulit memutuskan, tidak ada salahnya nongkrong atau mencoba beberapa kelas di klub-klub bela diri di sekitar Anda.
Lokasi Dari pengalaman pribadi, hampir mustahil mempertahankan komitmen belajar bela diri dalam jangka panjang kalau mau pergi belajar saja harus ganti angkot 2 kali, habis 1 jam sekali jalan. Apalagi kalau sudah sudah berkeluarga dan kerja full time. Itu namanya minta dipecat istri. Menurut saya profil lokasi ideal adalah klub bela diri yang terletak di Sekitar rumah tinggal, kampus/sekolah dan Anda masih berstatus murid/mahasiswa yang bersangkutan dan memang cocok disitu. Sudah hemat waktu, dapat banyak teman sepantaran dan biasa lebih murah pula.
Kalau aliran bela diri/klub favorit Anda jauh dari tempat kerja atau sekolah, saran saya: berkompromilah sedikit. Dulu waktu SMA saya inginnya belajar Karate karena mengidolakan Van Damme gara-gara nonton film Blood Sport. Tapi apa lacur klub Karate dekat rumah saya yang ikut kebanyakan anak-anak SD (faktor ini dibahas lebih detail pada poin berikut). Klub Karate terdekat lainnya harus naik transport yang lumayan jauh, alhasil saya beralih ke Taekwondo dan sedikitpun tidak menyesal sampai hari ini. Seperti standing martial arts umumnya, unsur-unsur yang menarik saya belajar Karate dapat saya temukan di Taekwondo (malah jurus tendangan jauh lebih banyak variasi). Dalam berkompromi, tanya diri Anda: “Apa yang membuat saya tertarik belajar bela diri X dan juga dapat saya temukan di bela diri Y?”
Komposisi Profil Murid Klub yang sudah besar biasa membagi kelasnya berdasarkan usia (anak-anak, remaja dan dewasa). Sayangnya ini hampir mustahil dilakukan di klub kecil karena terbatasnya sumber daya. Usia komposisi profil murid yang terlalu jauh berbeda dengan Anda juga bikin malas latihan, khususnya buat orang dewasa yang latihan di klub yang penuh anak-anak. Kalau dipaksa dengan alasan daripada tidak latihan sama sekali yang rugi diri sendiri. Jangan banyangkan jagoan bela diri seperti pertapa yang latihan sendiri di tengah hutan atau gunung. Itu hanya mitos. Anda butuh sparring partner yang layak untuk mengukur kemajuan. Beda cerita kalau tujuan ikut lebih untuk temenin anak.
Lalu bagaimana dengan sebaliknya, anak kecil latihan di klub yang lebih banyak orang dewasa? Dari pengamatan pribadi ada dua kemungkinan: 1. Anak menjadi cepat bosan karena tidak bisa main ‘berantem-beranteman’ dengan teman sebaya. 2. Anak menjadi lebih cepat matang karena ‘terpaksa’ mengadopsi sikap orang dewasa. Namanya anak kecil jelas maunya main bebas tanpa agenda. Kemungkinan kedua lebih besar kalau si anak besar di keluarga yang juga suka belajar bela diri.
Kualifikasi Instruktur Terakhir dan tidak kalah pentingnya, jangan takut menanyakan kualifikasi intruktur! Jangan percaya begitu saja kalau instruktur ngaku dapat kualifikasi langsung dari grandmaster di Korea, Jepang, Tiongkok dll. Saya pernah baca artikel tertangkapnya instruktur Karate gadungan yang mengaku murid langsung dari Mas Oyama (pendiri Kyokushin Karate). Agar lebih menyakinkan, dia memajang foto-foto dirinya bareng Mas Oyama di Dojo. Setelah diusut ternyata foto-foto tersebut diambil ketika si ‘instruktur’ sedang berlibur ke Jepang!
Di jaman modern instruktur yang berkualitas biasa datang dari latar belakang sebagai berikut:
1.Mantan atlet pemenang medali emas baik di tingkat international maupun lokal (cocok buat yang orientasi belajarnya lebih ke olah raga).
2.Belajar langsung dari muridnya/penerus pendiri aliran bela diri yang bersangkutan.
3.Praktisi yang bukan dari dua latar belakang diatas tapi serius mendedikasikan dirinya selama bertahun-tahun untuk mendalami dan menyebarkan aliran bela diri yang dicintainya.
Pilihan no. 1 dan 2 lebih sulit diakses untuk orang awam seperti kita. Kalau pun bisa biasa biayanya lebih tinggi dari rata-rata. Belajar dari instruktur no.3 juga tidak kalah kualitasnya selama mendapat akreditas dari organisasi resmi yang menaungi. Biasa mereka sudah berlatih selama puluhan tahun, memegang sabuk hitam setidaknya level 5th Dan atau lebih tinggi, dan Anda bisa merasakan antusiasme mereka ketika mengajar.
Agar lebih menyakinkan lagi, lihat kualitas murid-murid senior dan asistennya. Instruktur yang bagus akan memasang standar tinggi untuk penguasaan teknik, tata krama selama latihan dan disiplin. Tidak seperti instruktur berorientasi uang yang senang bagi-bagi sabuk hitam selama murid membayar, instruktur yang bagus tidak akan mengijinkan muridnya ikut ujian kenaikan sabuk kalau selama latihan si murid belum menunjukkan kualitas tinggi (padahal murid membayar untuk setiap ujian).
Grandmaster saya umurnya sudah 70 tahun lebih tapi langkahnya masih tegap berwibawa. Saya percaya ini berkat latihan selama berpuluh-puluh tahun hingga hari ini. Siapapun Anda, apapun alirannya, selamat berlatih! "There is a difference between a fighter and a martial artist. A fighter is training for a purpose: He has a fight. I am a martial artist. I don't train for a fight. I train for myself. I'm training all the time. My goal is perfection. But I will never reach perfection" - George St Pierre, UFC Champion, 3rd Dan Kyokushin Karate black belt Hendra Makgawinata Sydney, 17/09/2014
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/
Minggu, 21 Februari 2016
Minggu, 20 Desember 2015
IYOS TOURNAMENT AT POPKI CIBUBUR, DEC 18;2015
Joey Kumite at Iyos Tournament Dec18'2015, Popki Cibubur
Seiunchin Kata Performs by Mattew at Iyos Tournament, Popki Cibubur, Dec 18'2015
Ivan Antonia Kumite at Iyos Tournament, Dec 18'2015
Sabtu, 19 Desember 2015
Sabtu, 12 Desember 2015
Rabu, 09 Desember 2015
Goju Phylosophy by Gogen Yamaguchi, Grand Master
1. Karate requires you to make a strenuous effort night and day, before you achieve understanding.
=> Karate menuntut Anda untuk berupaya sekuat tenaga siang dan malam, sebelum Anda mampu mencapai pemahaman.
2. Strong Spirit and Will Power, so that we can overcome our own interests.
==> Semangat yang kuat dan kekuatan tekad, akan membuat kita mampu untuk mengendalikan berbagai kepentingan kita.
==> Semangat yang kuat dan kekuatan tekad, akan membuat kita mampu untuk mengendalikan berbagai kepentingan kita.
3. It is very important to exercise every day, not to be come bored, not to give into anguish.
==> Sangat penting sekali buat kita untuk tidak bosan- bosannya berlatih setiap hari, dan tidak menganggap latihan itu sebagai penderitaan atau siksaan.
==> Sangat penting sekali buat kita untuk tidak bosan- bosannya berlatih setiap hari, dan tidak menganggap latihan itu sebagai penderitaan atau siksaan.
4. Essentially the purpose of karate was to protect ourselves, but now through karate we are not only training our bodies, but our minds. Therefore, the Way is not to attack another, but to restrain yourself, we should not do harm to others.
==>Tujuan esensial dari karate adalah untuk melindungi diri kita sendiri, tetapi dewasa ini karate bukan hanya untuk melatih tubuh kita saja, melainkan juga melatih pikiran kita. Oleh karena itu, -Do bukan untuk menyerang orang lain, tetapi untuk mengendalikan diri sendiri, dan kita tidak boleh merugikan orang lain.
==>Tujuan esensial dari karate adalah untuk melindungi diri kita sendiri, tetapi dewasa ini karate bukan hanya untuk melatih tubuh kita saja, melainkan juga melatih pikiran kita. Oleh karena itu, -Do bukan untuk menyerang orang lain, tetapi untuk mengendalikan diri sendiri, dan kita tidak boleh merugikan orang lain.
5. Accordingly, your emphasis should not be on skills, but on training your mind. If you are impatient you can not expect improvement in your skill.
==> Jadi, penekanan Anda harus tidak pada keterampilan teknik saja, melainkan pada bagaimana melatih pikiran Anda. Jika Anda tidak sabar, Anda tidak usah berharap dapat meningkatkan kemampuan Anda dalam Karate.
==> Jadi, penekanan Anda harus tidak pada keterampilan teknik saja, melainkan pada bagaimana melatih pikiran Anda. Jika Anda tidak sabar, Anda tidak usah berharap dapat meningkatkan kemampuan Anda dalam Karate.
6. If you become arrogant and over-confident in your skills, you should not be involved in the study of karate.
==> Jika Anda menjadi arogan dan terlalu percaya diri akan kehebatan keterampilan Karate Anda, maka seharusnya Anda tidak melibatkan diri dalam belajar Karate.
==> Jika Anda menjadi arogan dan terlalu percaya diri akan kehebatan keterampilan Karate Anda, maka seharusnya Anda tidak melibatkan diri dalam belajar Karate.
7. The major teachings of karate are to achieve confidence in yourself, to be polite, maintain peace and tranquility of mind. You should pay tribute to your parents, ancestors and master. You should also be in harmony with your friends.
==> Sebagian terbesar pelajaran Karate adalah untuk memperoleh kepercayaan diri, untuk bersikap santun, memelihara perdamaian dan menenangkan pikiran. Anda harus menghormati orangtua Anda, leluhur Anda dan guru-guru Anda. Anda juga harus menjaga keharmonisan dengan teman-teman Anda.
==> Sebagian terbesar pelajaran Karate adalah untuk memperoleh kepercayaan diri, untuk bersikap santun, memelihara perdamaian dan menenangkan pikiran. Anda harus menghormati orangtua Anda, leluhur Anda dan guru-guru Anda. Anda juga harus menjaga keharmonisan dengan teman-teman Anda.
8. You must keep them in mind and not become arrogant and over-confident. It is extremely important to keep and show reverence to your master, otherwise, even if you are great at karate, you will not follow the path of extreme , your desire for understanding can never be attained.
==> Anda harus mencantumkan baik-baik hal tersebut di atas dalam pikiran Anda dan tidak menjadi arogan serta terlalu percaya diri. Sangat penting sekali untuk selalu menghormati guru-guru Anda, sebaliknya, meskipun Anda telah menjadi karateka tersohor, jika Anda tidak mengikuti “jalan” tersebut, maka hasrat Anda untuk pemahaman tidak akan tercapai.
==> Anda harus mencantumkan baik-baik hal tersebut di atas dalam pikiran Anda dan tidak menjadi arogan serta terlalu percaya diri. Sangat penting sekali untuk selalu menghormati guru-guru Anda, sebaliknya, meskipun Anda telah menjadi karateka tersohor, jika Anda tidak mengikuti “jalan” tersebut, maka hasrat Anda untuk pemahaman tidak akan tercapai.
9. If you stop learning karate, spontaneously you are forced to do that.
==> Jika Anda berhenti berlatih Karate, secara spontan Anda terpaksa gagal.
==> Jika Anda berhenti berlatih Karate, secara spontan Anda terpaksa gagal.
10. You have to know it is a long way to polish your skill, train to your spirit and keep tranquillity of mind; to get rid of our own interests and do what s the right thing.
==> Anda harus mengetahui bahwa suatu perjalanan panjang untuk dapat memperhalus keterampilan Anda, latihlah semangat dan ketenangan pikiran Anda; untuk mampu menyisihkan kepentingan diri dan agar melakukan tindakan yang bena.
==> Anda harus mengetahui bahwa suatu perjalanan panjang untuk dapat memperhalus keterampilan Anda, latihlah semangat dan ketenangan pikiran Anda; untuk mampu menyisihkan kepentingan diri dan agar melakukan tindakan yang bena.
11. After you become aware of these, you will know the greatness of Gods.
==> Sesudah Anda menyadari semua hal itu, Anda akan memahami ke-Maha-Besaran Tuhan.
==> Sesudah Anda menyadari semua hal itu, Anda akan memahami ke-Maha-Besaran Tuhan.
12. For you to achieve this you must discard your own interest and then you will understand the way.
==> Agar Anda dapat mencapai apa yang telah dikemukakan tadi, maka Anda harus membuang kepentingan-kepentingan pribadi Anda, barulah Anda akan mampu memahami “Jalan” Karate-Do.
Michael Thang
Goju Instructor, Certified Dan IV
Langganan:
Postingan (Atom)